Perempuan![]() Perjuangan Perempuan Menuju Kesetaraan Masih Jauh15-08-2021 Surabaya, beritasurabaya.net - Perjuangan perempuan menuju kesetaraan dari segala bidang masih jauh dari kata selesai. Ini berdasarkan IPM, IPG dan IDG, yang menunjukkan adanya ketidaksetaraan. Demikian dipaparkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati, dalam webinar memperingat HUT ke-76 Kemerdekaan RI dan HUT Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) bertema “76 Tahun Merdeka, Perempuan Indonesia Sudah Berdaya?”, Sabtu (14/8/2021) kemarin. Menteri Gusti Ayu menjelaskan di bidang politik, angka keterwakilan perempuan masih belum mencapai titik critical mass atau jumlah minimal yang diperlukan untuk menciptakan perubahan (rata-rata dipatok 30 persen dari jumlah kursi legislatif. Partisipasi pekerja perempuan selama 30 tahun terakhir, stagnan di angka 50 persen (data Bank Dunia 2019). “Selain itu, rata-rata lama sekolah (RLS) perempuan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki dan belum memenuhi target RPJMN. Dan berdasarkan data Bank Dunia 2017, Indonesia menduduki posisi ketiga Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi pada tahun 2017 dengan 177 kematian per 100 ribu kelahiran,”tukasnya. ![]() Tidak hanya dari sisi ketidaksetaraan gender, kata Menteri Gusti Ayu, perempuan juga masih mengalami tidak kekerasan seksuai. Berdasarkan survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional 2016 menunjukkan 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual selama hidupnya. “Budaya patriarki yang masih langgeng di masyarakat juga merupakan akar dari ketidaksetaraan. Dan PR kita hari ini buka hanya untuk menutup lubang ketidaksetaraan yang masih ada. Namun, juga berpikir dua, tiga langkah lebih maju dan memastikan perempua Indonesia tidak lagi tertinggal di masa depan,”ungkapnya. Sementara aktifis perempuan sekaligus peneliti dari Lembaga Imparsial, Gustika Jusuf Hatta, berpendapat, sampai saat ini masih banyak kebijakan belum perspektif gender dan kebijakan pro perempuan masih kurang. Ia mencontohkan di masa pandemi ini sulit mencari ruangan untuk ibu hamil maupun menyusui di rumah sakit yang difungsikan untuk merawat pasien COVID 19. Gustika juga mengatakan organisasi UNESCO sendiri pernah memaparkan bahwa ¾ jurnalis perempuan pernah mengalami kekerasan. Dan perempuan sangat rentan untuk dilecehkan secara seksual, secara daring, seperti di media sosial misalnya.. Staf Khusus Menteri PPPA, Agung Putri Astrid, yang juga hadir dalam webinar yang diikuti sekitar 100 peserta anggota FJPI dan berbagai organisasi, menyatakan, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya agar perempuan Indonesia mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Diantaranya, kebijakan keikutsertaan perempuan dalam dunia politik dengan 30 persen untuk perempuan yang akan maju ke pemilihan legislatif. “Memang implementasinya sangat sulit dilakukan dan butuh perjuangan,”tukasnya. (nos) Teks foto : 1.Webinar FJPI memperingati HUT ke-76 Kemerdekaan RI. 2.Satu diantara paparan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati. Foto : Titin.
Pemadam Kebakaran
Rumah Sakit & Klinik
Kepolisian
|